Sejarah Umum Yayasan Pangudi Luhur
Secara resmi Yayasan Pangudi Luhur didirikan pada tanggal 6 Oktober 1954. Meskipun pada dasarnya para Bruder FIC sudah berkarya di Indonesia sejak tahun 1920. Kehadiran para Bruder FIC ke Indonesia memenuhi undangan Rama Franciscus Georgius Josephus Van Lith, SJ atau dikenal dengan sebutan Rama van Lith yang sudah datang dan berkarya lebih dahulu di Indonesia. Rama van Lith datang ke Indonesia pada tahun 1894. Bersama para rama perintis, Rama van Lith mendirikansekolah-sekolah di Yogyakarta dan Muntilan. Sekolah-sekolah yang didirikan Rama van Lith berkembang dengan baik. Namun menghadapi tantangan dan kesulitan yaitu dalam hal mencari guru yang berkualitas. Tantangan tersebut terlebih karena sekolah-sekolah tersebut ditujukan untuk murid pribumi tetapi masih menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Menghadapi tantangan tersebut, Rama van Lith ingat bahwa di Belanda yang sangat dikenal sebagai bruder guru adalah Bruder FIC. Hal tersebut sangatlah wajar karena memang sejak awal didirikan, Bruder FIC dikenal sebagai bruder guru. Rama van Lith kemudian mengirim surat ke pimpinan BruderFIC di Maastricht yang isinya supaya mengirim Bruder-Bruder FIC ke Indonesia. Namun, surat tersebut tidak segera mendapat tanggapan dari pimpinan Bruder FIC.
Baru sekitar tahun 1920 mendapat tanggapan positif. Hal itu ditunjukkan dengan dikirimnya lima bruder ke Indonesia pada bulan September 1920. Kelima bruder tersebut adalah Br. Ivo Tops, FIC, Br. Constantinus Komer, FIC, Br. Lebuinus v. Reek, FIC, Br. August Urselman, FIC, dan Br. Eufrasius van Often, FIC. Sejak sampai di Indonesia, para Bruder FIC lalu ditugaskan menjadi guru-guru di sekolah-sekolah yang didirikan Rama van Lith. Karya mereka dimulai sejak tahun 1920 di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1921 di Muntilan. Kemudian karya mereka berkembang ke Surakarta, Ambarawa, Boro, dan Semarang. Karya di Semarang dimulai pada tahun 1934.
Para Bruder FIC sejak datang tahun 1920 sampai tahun 1954 terus bekerja sama dengan Rama-Rama Jesuit di bawah Yayasan Kanisius atau sebelumnya bernama Perkumpulan Kanisius. Pada waktu itu para Bruder, para Suster yang bekerja di sekolah dipekerjakan di bawah naungan Yayasan Kanisius. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh para Bruder, para Suster berkembang sangat baik. Hal ini berdampak pada Yayasan Kanisius yang berkembang menjadi sangat besar. Perkembangan tersebut membuat Yayasan Kanisius kewalahan. Dengan melihat perkembangan sekolah-sekolah tersebut, kemudian pimpinan Yayasan Kanisius sejak tahun 1950-an meminta untuk sekolah-sekolah yang dikelola oleh para biarawan dan biarawati mendirikan yayasan sendiri. Yayasan yang pertama adalah Tarakanita pada tahun 1952, kemudian Marsudirini pada bulan Juli 1954, baru kemudian tanggal 6 Oktober 1954 Yayasan Pangudi Luhur berdiri.
Perkembangan Yayasan Pangudi Luhur
Perkembangan Yayasan Pangudi Luhur sejak ditinggalkan para Bruder Belanda makin pesat. Hal tersebut dikarenakan Yayasan Pangudi Luhur banyak ditawari untuk mengambil alih sekolah-sekolah yang dikelola paroki atau yayasan lain, terutama Yayasan Sanjaya. Dengan adanya pengambilalihan beberapa sekolah tersebut membuat Yayasan Pangudi Luhur menjadi sangat besar. Jumlah sekolah yang dikelola Yayasan Pangudi Luhur sampai saat ini secara resmi ada 88.
Selain sekolah, Yayasan Pangudi Luhur juga mengelola asrama yang berjumlah 11. Pada mulanya pelayanan para Bruder FIC dilaksanakan di Jawa sesuai permintaan Rama van Lith dan pada perkembangannya bekerja sama dengan Yayasan Kanisius yang dikelola oleh Rama Jesuit. Melihat perkembangan yang baik sekolah-sekolah yang dikelola para Bruder FIC, maka Uskup Ketapang, Mgr. Gabriel Willem Sillekens, C.P. mengundang Bruder FIC untuk berkarya di Keuskupan Ketapang. Mulai tahun 1963 Bruder FIC hadir di Ketapang.
Pelayanan YPL di Jakarta atas permintaan Uskup Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, S. J. Pada tahun 1965 para Bruder FIC diminta mendirikan sekolah untuk anak laki-laki. Karya dimulai dengan mendirikan SMP PL Jakarta dan SMA PL Brawijaya. Pada tahun 1973 Yayasan Pangudi Luhur diberi TK/SD oleh Gubernur Ali Sadikin untuk dikelola. Perkembangan berikutnya, atas permintaan Rama Paroki, YPL mendirikan sekolah di Kampung Sawah, yaitu SMA Pangudi Luhur Servasius. Pelayanan YPL di Sumatera atas permintaan Uskup Palembang. Di sana ada dua sekolah, yaitu SMP Pangudi Luhur Sukaraja dan SMA Pangudi Luhur Sukaraja yang berada di Buay Madang OKU, Sumatera Selatan.
Dengan demikian Yayasan Pangudi Luhur berkarya di 6 keuskupan. Keenam keuskupan tersebut, yaitu: (1) Keuskupan Semarang, (2) Keuskupan Purwokerto, (3) Keuskupan Jakarta, (4) Keuskupan Ketapang, (5) Keuskupan Palembang, dan (6) Keuskupan Timur Leste. Hanya saja di Keuskupan Timur Leste, YPL tidak mempunyai sekolah sendiri. Harapan Yayasan Pangudi Luhur di Usia 70 Tahun Hal yang diharapkan oleh yayasan di usianya yang ke-70 tahun adalah semua
sekolah Pangudi Luhur memiliki keunggulan dalam kualitas. Harapannya sekolah-sekolah Pangudi Luhur memiliki keunggulan dalam hal karakter. Menurut Br. Martin, karakter sangat diharapkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Kekhasan Yayasan Pangudi Luhur Nilai-nilai Pangudi Luhur yang diajarkan dalam Kepangudiluhuran menjadi ciri khas sekolah Pangudi Luhur. Dalam hal ini, Yayasan Pangudi Luhur mengembangkan Kurikulum Kepangudiluhuran. Dalam nilai Kepangudiluhuran tersebut salah satu hal yang dihidupi adalah nilai persaudaraan.
Strategi YPL dalam Menghadapi Tantangan dalam Dunia PendidikanTantangan di zaman modern begitu kompleks. Untuk menghadapi perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut, misalnya Direktorat Pendidikan, perguruan tinggi, para ahli, orang tua murid, alumni, pengusaha, dan pihak-pihak lain. Dengan bekerja sama dengan berbagai pihak harapannya mampu menghadapi tantangan di dunia pendidikan yang semakin kompleks.
—-
Penulis: F. Rudy Dwiwibawa, S.Pd
Pewawancara: F. Rudy Dwiwibawa, S.Pd, Alb. Arie Wibowo, S.Pd