MENUMBUHKAN KREATIVITAS DIMASA PANDEMI
Br. Albertus Suwarto, FIC

Kita dapat mengamati dalam hidup sehari-hari, ada produk-produk yang begi tu cepat ganti model. Misalnya HP, dalam hitungan bulan muncul tipe HP baru. Kendaraan , baik roda dua maupun roda empat juga tidak ketinggalan, muncul varian yang banyak dan cepat pertumbuhannya. Semua menarik dan menggoda untuk dimiliki. Kondisi kemunculan produk baru dengan varian baru yang begitu cepat ini menandakan produsen sangat kreatif . Tetapi di sisi lain dengan cepat menggusur produk sebelumnya menjadi tampak kuno, ketinggalan zaman dan tidak menarik . Daya pesona hilang karena terlibas produk baru dengan penampilan lebih menarik.

Mencermati fenomena di dunia industri tersebut, diyakini akan membangun pola pikir dan pola rasa baru di masyarakat. Pola pikir cepat bosan , ingin sesuatu yang baru dan variatif. lni terbukti dari observasi di mana ada produk HP atau mobil baru dengan varian baru dalam hitungan hari sudah terjual di tengah masyarakat. Kita sepakati terlebih dahulu bahwa masyarakat termasuk anak sekolah memiliki pola pikir cepat bosan, ingin sesuatu yang baru dan variatif.

Kesepakatan tersebut jika kita bawa ke ranah sekolah juga akan memiliki banyak konsekuensi. Tuntutan kreativitas yang terus-menerus dan cepat seperti di dunia industri tidak bisa ditawar-tawar lagi. Model pembelajaran harus terus-menerus diperbarui dengan inovasi-inovasi yang salah satunya dapat mengintegrasikan kemajuan teknologi dalam pembelajaran. Kemampuan menciptakan kebaruan baik hasil ciptaan maupun pengembangan akan menjadi daya tarik bagi siswa/orang tua. Jika kita masing-masing sebagai guru, sebagai pimpinan unit karya, sebagai karyawan, tidak mampu menciptakan hal baru yang menarik bagi anak-anak , boleh dikata hanya hitungan hari sekolah kita akan ditinggalkan oleh anak-anak/masyarakat. Kekurangan murid dan tidak laku lagi.

Kita harus sadar, sekarang sumber belajar tidak lagi hanya berpusat di sekolah. Guru tidak lagi menjadi sumber satu-satunya pengetahuan. Pesaing kita adalah pengetahuan yang disajikan dengan sangat lengkap dan menarik yang dapat diakses sewaktu-waktu oleh anak lewat gadged. Anak-anak bisa belajar apa pun dari internet. Di sinilah guru menemukan tantangan yang tidak mudah agar tetap tampil menarik, berwibawa dan layak mendidik anak-anak. Sulit dibayangkan jika seorang guru karena miskin kreativitas dianggap asing, tidak menarik, dan kuno oleh anak-anak.

Guru kehilangan jati diri sebagai pendidik. Satu satunya yang tidak bisa dipelajari (minimal sulit) anak lewat gadged adalah pengalaman perjumpaan dengan orang lain. Membangun sosialitas masih harus dituntut berjumpa dengan orang lain. Saya pikir soal perjumpaan anak dengan anak, anak dengan guru ini sebaiknya dibuat sekreatif mungkin sehingga menumbuhkan pengalaman mengesan bagi anak-anak. Kegiatan ekstrakurikuler menjadi ajang yang tepat. Kesempatan mengcreate kegiatan ekstrakurikuler menjadi pengalaman perjumpaan yang menarik bagi anak-anak. Kegiatan ini sebaiknya dikelola secara profesional humanis. Di sanalah anak-anak mendapatkan pengalaman kemanusiaan mereka.

Pengembangan ekstrakurikuler se-kreatif mungkin tidak berarti kegiatan intrakurikuler dinomorduakan, tidak. Diandaikan kegiatan intrakurikuler sudah matang sistemnya dan terjamin tingkat keterlaksanaannya. Maka sekarang saatnya mengelola kegiatan ekstrakurikuler secara profesional melibatkan ahli-ahli di bidangnya. Semoga dengan pandemi Covid-19 seko­ lah-sekolah Pangudi Luhur tidak kehilangan kreativitas. Justru semakin kreatif dan menarik masyarakat. Semoga..!!!

slot mpo ialah jawaban untuk player yang ingin cari peruntungan dari permainan slot gacor online

Share Now: