Tanggal 6 Oktober 2020 Yayasan Pangudi Luhur (YPL) genap berusia 66 tahun. Yayasan ini didirikan oleh para Bruder FIC tahun 1954. Karya utama dari YPL adalah karya pendidikan yang meliputi pendidikan tingkat Play Group/Kelompok Bermain (PG/KB), Taman- Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Asrama Sekolah. Sekolah-sekolah tersebut saat ini tersebar di beberapa provinsi yaitu: Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.
Berkaitan dengan tahun berdirinya Yayasan, kami pernah mendapat pertanyaan demikian: ”Mengapa Yayasan Pangudi Luhur baru didirikan tahun 1954? Bukankah Bruder FIC datang di Indonesia tahun 1920? Lalu dari tahun 1920 sam- pai 1954 Bruder FIC bekerja apa?”
Pertanyaan yang sangat masuk akal. Memang benar, Bruder FIC datang dan mulai berkarya di Indonesia, tepatnya di kota Yogyakarta, pada tanggal 20 September 1920. Waktu itu para Bruder FIC datang dari Belanda atas undangan romo-romo Yesuit untuk membantu karya pendidikan yang telah didirikan oleh para romo perintis. Karya pendidikan saat itu bernaung di bawah organisasi yang telah mereka dirikan dengan nama Perkumpulan Kanisius, yang dalam perkembangannya kemudian menjadi Yayasan Kanisius. Pendek kata, para Bruder FIC sejak kedatangannya di Indonesia tahun 1920 sampai tahun 1954 sudah berkarya dalam bidang pendidikan, bekerja sama dengan para romo Jesuit, di bawah naungan Yayasan Kanisius.
Sekitar tahun 1952 ada perkembangan baru dari pihak pemerintah yang mengatur pengelolaan sekolah swasta oleh Yayasan. Sementara itu sekolah-sekolah Katolik semakin berkembang, beban administrasi Yayasan Kanisius menjadi semakin berat karena semua sekolah Katolik di Keuskupan Agung Semarang (meliputi Provinsi Jawa Tengah dan DIY) bernaung di bawah satu Yayasan yaitu Yayasan Kanisius. Mengikuti ketentuan dari pemerintah tentang pengelolaan sekolah swasta dan sekaligus untuk mengurangi beban Yayasan Kanisius dibuatlah kebijakan baru, yaitu agar tarekat-tarekat religius, Kongregasi Bruder dan Suster mendirikan Yayasan tersendiri untuk menaungi sekolah-sekolah yang mereka kelola. Maka didirikanlah beberapa Yayasan pendidikan baru antara lain : Yayasan Tarakanita (Juli 1952), Yayasan Marsudirini (Juli 1954), dan Yayasan Pangudi Luhur ( Oktober 1954).
Setelah Yayasan Pangudi Luhur secara resmi berdiri sebagai badan hukum, maka pengelolaan sekolah-sekolah Pangudi Luhur menjadi tanggung jawab Pengurus YPL, lepas dari Yayasan Kanisius. Meskipun demikian tidak bisa disangkal bahwa banyak urusan administrasi kepegawaian dan status tanah sekolah masih tetap diurus bersama Yayasan Kanisius sampai beberapa waktu sesudah pendirian Yayasan Pangudi Luhur.
Pada awalnya sekolah-sekolah Pangudi Luhur hanya berlokasi di beberapa kota di Jawa Tengah dan DIY yaitu: Yogyakarta, Muntilan, Semarang, Solo, Ambarawa, Klaten, Salatiga. Dalam perkembangannya banyak romo paroki dan Uskup yang minta agar Yayasan Pangudi Luhur mengambil alih sekolah atau mendirikan sekolah di paroki dan Keuskupan mereka. Karena banyaknya permohonan itu sekolah Pangudi Luhur bertambah makin banyak. Kini setelah berusia 66 tahun, YPL mengelola 100 unit pen- didikan, terdiri dari: 17 KB/TK, 31 SD, 26 SMP, 13 SMA, 3 SMK, dan 10 asrama (sudah termasuk TK LB, SDLB, SMP LB, dan SMA LB).
Selama 66 tahun berkarya, banyak pengalaman yang patut kami syukuri tetapi banyak pula tantangan-tantangan yang harus kami hadapi agar sekolah-sekolah Pangudi Luhur menjadi “Centre of Excellence” (Pusat Keunggulan) bagi masyarakat yang kami layani. Hal-hal yang patut kami syukuri antara lain :
- Sampai saat ini sekolah-sekolah Pangudi Luhur tetap diminati oleh masyarakat, terbukti dengan jumlah murid yang pada umumnya memenuhi harapan.
- Prestasi akademik sekolah-sekolah Pangudi Luhur umumnya menonjol di tingkat kabupaten dan provinsi. Masih terus diusahakan agar prestasi meningkat sampai ke tingkat Nasional.
- Para guru dan tenaga kependidikan umumnya setia dan berdedikasi tinggi untuk melayani masyarakat yang mempercayakan pendidikan putra-putri mereka.
- Orang tua/wali murid dan alumni sangat mendukung upaya-upaya pengembangan sekolah.
- Pemerintah pusat maupun daerah akhir-akhir ini banyak mendukung eksistensi pendidikan swasta dengan berbagai cara antara lain : pemberian dana BOS, pendamping BOS, BOSDA, tunjangan profesi guru, bantuan sarana/prasarana pendidikan, dan lain-lain
Sejumlah Tantangan
Sementara itu banyak pula tantangan yang harus kita atasi demi keberlangsungan dan perkembangan sekolah-sekolah Pangudi Luhur, antara lain :
- Kemajuan teknologi informasi yang semakin cepat menuntut sekolah-sekolah PL terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan literasi teknologi informasi, agar pelayanan dan kualitas pendidikan kita tidak ketinggalan.
- Munculnya sekolah-sekolah modern dengan fasilitas dan teknologi pendidikan mutakhir menantang sekolah Pangudi Luhur untuk menemukan inovasi-inovasi baru dalam metode pembelajaran dan pembimbingan.
- Beraneka tantangan pendidikan tidak mungkin kita hadapi sendiri. Sekolah Pangudi Luhur ditantang untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, dengan membangun jaringan dan kolaborasi, terlebih dengan pihak-pihak terkait: orang tua murid, alumni, pemerintah, donatur, organisasi-organisasi pendukung dan orang-orang yang berkehendak baik untuk mengatasi tantangan yang meng hambat program pengembangan pendidikan kita
- Khusus di masa pandemi Covid-19 ini sekolah Pangudi Luhur harus tetap memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik, dan bersamaan dengan itu juga memberi perhatian khusus kepada anak-anak didik yang terkena dampak pandemi ini dalam bidang kesehatan maupun ekonomi
Akhir kata, kita pantas bersyukur atas segala anugerah yang diberikan Tuhan kepada Yayasan Pangudi Luhur selama 66 tahun. Semoga Yayasan ini tetap jaya dan berkembang terus untuk bisa menjadi garam dan terang bagi masyarakat yang dilayani. Dirgahayu Yayasan Pangudi Luhur. ( Majalah Bianglala “ Media Komunikasi Pangudi Luhur” Edisi 117 )